2009/07/27

THE ROAD

“Alam semesta beserta segenap isinya merupakan sebuah kesatuan yang dinamis dan selalu berbicara kepada kita dalam setiap keberadaannya“

Setiap langkah yang kita putuskan dalam hidup ini merupakan sebuah pilihan, setiap kita berjalan tentunya memiliki tujuan. Dari titik mana kita berjalan dan titik mana pemberhentian kita, dalam bertujuan tentunya kita sudah memiliki perencanaan yang matang. Setiap manusia bergerak bangun di pagi hari untuk melakukan kegiatan yang sudah menjadi rutinitasnya, seperti pergi ke kantor, mengantar anak sekolah, kuliah dan lain-lain. Semua aktifitas tersebut pasti sudah melalui pemikiran yang terencana untuk dilakukan. Namun pertanyaan yang paling mendasar adalah, apakah kita sudah pasti dan benar-benar memastikan bahwa semua aktifitas yang kita lakukan setiap harinya membuat kita semakin dekat dengan ALLAH, atau malah semakin jauh darinya ?

Jika kita selalu melangkah untuk berangkat ke kantor setiap hari, pernahkah kita berfikir untuk tidak lagi bekerja ? Gamangkah diri kita ketika menanyakan hal ini dalam diri ? Bila kita jujur dengan diri sendiri maka jawaban yang muncul adalah : Gamang ! Mengapa ? karena kita selama ini merasa aman dengan pekerjaan yang kita lakukan, aman dengan gaji bulanan yang kita ambil untuk memenuhi kebutuhan kita, yang bisa jadi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan yang sekunder atau tersier ketimbang kebutuhan premernya.

Sering sekali kita merasa aman dengan sesuatu yang yang sebenarnya tak aman.


Seperti bangsa Israil yang merasa aman dengan Fir’aun dan menuhankannya. Padahal dibalik itu, Fir’aun yang dituhankannya itu adalah Fir’aun yang lemah, Fir’aun yang sakit-sakitan karena penyakit tulang yang dideritanya.

Kita sering sekali salah meletakkan “keamanan” diri kita.

Tapi semua ini adalah pilihan dalam perjalanan hidup. Bila untuk memenuhi kebutuhan hidup kita mau bekerja dan berjuang mati-matian, padahal hal ini bersifat nisbi/semu/relatif, maka apakah untuk belajar, bekerja dan berjuang dalam bertujuan kepada ALLAH sebagai suatu realita yang sudah pasti membawa kita kepada keselamatan dunia dan akhirat kita juga mau dan mampu untuk melakukan hal yang sama. Perjalanan kehidupan berikutnya-lah yang akan mengajari kita untuk membedakan mana yang Haq dan mana yang Bathil. Maka hingga detik ini, perjalanan untuk mengenal siapakah diri ini sesungguhnya ?!

Manusia yang hanya menurutkan kehidupan dan memilih untuk terombang ambing dalam samudra yang luas ini akan lebih mengikuti apa-apa yang sudah menjadi kesepakatan umum, dan dia biarkan dirinya untuk menjadi victim (korban) lingkungan. Lalu lambat laun ia akan mulai kehilangan penglihatan pada matanya, pendengaran pada telinganya dan berakhir pada hilangnya kesadaran pada hatinya. Ia kemudian akan berjalan sebagaimana ”robot-robot bernafas” yang dipasangi ”chip” pada otaknya. Ia sudah tidak lagi dapat berfikir dengan benar, apalagi mengikuti fitrah dirinya.

Perjalanan yang dilaluinya sudah tak lagi penuh dengan makna karena alat untuk mendeteksinya sudah tak peka lagi untuk menangkap fenomena-fenomena yang terjadi disekelilingnya. Antara fenomena dan realita sudah tak lagi ada bedanya. Fenomena disangka realita. Realita diabaikan untuk diam asyik dalam alam fenomena. Itulah orang-orang yang menjalani hidupnya hanya untuk menunggu ke-mati-an.

Ke-rahmaan dan rahiim-an ALLAH selalu saja terbuka bagi orang-orang yang ingin kembali dan bergerak menuju-Nya. Termasuk didalamnya orang-orang yang tak ingin menjadi tipe manusia seperti diatas, orang-orang yang menyebut dirinya sebagai ”orang yang bertaubat”, orang-orang yang menyadari keberadaan dirinya dimuka bumi dan memahami kemana tujuan ia menghirup dan menghembuskan nafasnya. Orang-orang seperti inilah yang menyadari sepenuhnya bahwa dirinya takkan pernah bisa lepas dari keberadaan ALLAH. Kemanapun dan dimanapun ia berada ia hanya melihat kehendak ALLAH pada dirinya.

Setiap perjalanan yang ia lalui selalu saja dipenuhi oleh ayat-ayat baru untuk dijadikannya sebagai sarana berkomunikasi dengan ALLAH. Meliputi tentang apa, mengapa, bagaimana, dan siapa yang berbicara dengannya lewat setiap kejadian hidup ini, baik yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai, termasuk pula dalam setiap semangat dan kelalaian dirinya dalam bertujuan kepada ALLAH. Manusia yang seperti ini sangat menyadari bahwa hidup yang diberikan kepadanya bukanlah untuk menunggu mati dengan seribu satu caranya, akan tetapi sebuah kesadaran penuh terhadap sebuah ”tugas suci” yang diembannya. Sebuah tugas untuk menciptakan kebergunaan bagi diri dan orang lain. Sebuah tugas untuk menebarkan kasih sayang abadi yang berdasarkan ketaqwaan kepada ALLAH, walaupun dalam hal ini sering kali kita lalai daripadanya, karena persinggungan yang sudah demikian kuat antara diri kita dengan Indra diri, yang lama kelamaan membuat kita terikat penuh serta berdamai dengannya. Inilah perjuangan yang sebenarnya !

Tulisan dalam buku kecil yang sederhana ini akan membahas tentang makna sebuah perjalanan dari hidup. Sebuah hal yang menjadi sangat penting untuk dipikirkan dan dikomunikasikan dalam diri kita, bagi orang orang yang ingin meningkatkan integritas dirinya dan menjadi subyek lingkungan. Bukan bagi orang-orang yang hanya menerima perjalanan hidup ini apa adanya dan membiarkan setiap hal yang penting dalam hidupnya berlalu begitu saja.

Hanya bagi orang orang yang mau berfikir dan berubah !

Oleh karena itu pikirkanlah dulu apakah benar kita ingin membacanya lebih lanjut ataukah tidak ? Karena bagi orang yang hanya ingin membaca sepintas lalu, tulisan dalam buku ini tidak lebih sebagai media untuk menghabiskan waktu saja dan tidak akan kita temukan apa-apa didalamnya.

Tidak ada komentar: